Pertanian Organik Terus Ditambah di Purwakarta
PURWAKARTA, (PR).- Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta terus kembangkan sektor pertanian dengan teknologi organik. Hal ini ditunjang pula dengan fasilitas air bersih di Purwakarta yang memadai.
Berikut diungkapkan Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan. Tepatnya di ruang kerjanya pada Senin 21 Mei 2018.
Menurut Agus air bersih di Purwakarta ini masih banyak yang benar-benar murni. Bahkan tidak sedikit yang tidak tercemar kandungan logam berat.
Adapun wilayah yang paling potensial untuk dikembangkan untuk sawah organik ini ada di wilayah Selatan Purwakarta. Semisal, wilayah Kecamatan Pasawahan, Bojong dan Kiarapedes.
Untuk saat ini kata Agus areal sawah yang sudah menggunakan sistem pemupukan organik mencapai 200 hektare. “Lahan pertaniam organik ini tersebar di tiga wilayah itu. Kedepan, dinas kami menargetkan di wilayah Selatan ini akan ada 1.000 hektare lahan menjadi area persawahan organik,” ucapnya.
Agus juga optimis pengembangan sawah organik ini bakal terealisasi dengan cepat. “Air di kawasan-kawasan tersebut langsung dari mata air pegunungan,” ucapnya.
Sehingga kata Agus, jika airnya sudah bersih maka faktor lainnya tinggal mengikuti. Seperti penggantian pupuk ke organik atau benih varietasnya yang organik.
Agus menambahkan, alasan instansinya mendorong supaya areal persawahan organik ini bertambah karena kesadaran masyarakat akan pentingnya bahan pangan sehat cukup tinggi. Apalagi, beras organik yang sudah lolos sertifikasi ini, dijamin bebas residu dan zat kimia.
“Saat ini saja, permintaan pasar akan beras organik cukup tinggi. Di atas lima ton per bulan. Tapi petani kita belum bisa mencukupinya,” kata dia.
Prospek menjanjikan
Selain itu, beras organik ini merupakan prospek yang sangat menjanjikan. Hal ini dikarenakan harga pasarannya cukup mahal. “Harganya bisa di atas Rp 20 ribu per kilogram. Dengan begitu, petani yang konsen di pertanian organik ini, dijamin akan menjadi petani dengan tingkat kesejahteraan yang meningkat,” katanya.
Sementara itu, Endang Yarmedi (65), salah seorang petani organik Kampung Cipamangkat Desa Pasawahan, Kecamatan Pasawahan mengatakan, sejak 13 tahun lalu dirinya mencoba untuk beralih dari petani konvensional ke pupuk organik.
“Alhamdulillah, selain produk yang dihasilkannya sehat, keuntungannya pun cukup besar jika dibanding pertanian konvensional. Hal ini karena petani biasanya menggunakan pemupukan kimia,” ujar Endang.
Saat ini kata Endang, harga beras organiknya Rp 20 ribu per kilogram. “Jadi, rata-rata penghasilan dalam sebulan Rp 80 juta. Kemudian dipotong biaya produksi Rp 15 juta. Sehingga keuntungannya mencapai Rp 65 juta per musim,” ucapnya.***
